BAB III
OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
3.1.1 Gambaran Umum PD. BPR Sukabumi
Sekarang telah dikenal oleh nasabah Sukabumi dan sekitarnya dengan call name ”BPR SUKABUMI” pada dekade
tahun 1968 lahir sebuah lembaga keuangan yang diberi nama BKPD (Bank Karya
Produksi Desa) dengan surat keputusan Gubernur Jawa Barat No. 79/BV/PEM/SK/68
pada tanggal 19 Maret 1968 yang tersebar di 21 kecamatan di Kabupaten Sukabumi,
lembaga keuangan diatas dibentuk dalam rangka membantu pemerintahan untuk
meningkatkan produksi hasil pertanian nasabah pedesaan pada saat itu.
Sejalan dengan perkembangannya serta atas tuntutan peraturan Pemerintah
khususnya bidang perbankan, maka pada tahun 1992 terbit Peraturan Pemerintah
nomor 71 dan keputusan Menteri Keuangan nomor 184 s/d 196/KM/17/1998, dari BKPD
sejumlah sisa 13 dari saat awal berdiri berjumlah 21 tersebut terjadi perubahan
nama menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan badan hukum Perusahaan Daerah
(PD).
Bahwa sesuai dengan visi dan misi PD BPR Sukabumi yang merupakan pernyataan
sikap dan komitmen perusahaan yang tertuang dalam konsep rencana kerja jangka
panjang dan pendek sehingga terdokumentasi dalam sebuah rencana corporate dan bussines plan perusahaan, BPR Sukabumi menitik beratkan kepada
pengembangan pengelolaan usaha bank yang sehat dan profesional, selanjutnya
dengan strategi dan atas kesepakatan para stake
holders, maka strategi pengembangan usaha fokus kepada terselenggaranya ”Good Corporate Governance”.
PD
BPR Kabupaten Sukabumi siap menghadapi persaingan baru dari lembaga keuangan
sejenis dan bank umum yaitu dengan pembenahan manajemen dan peningkatan SDM
yang terus dilakukan, sehingga telah siap bersaing secara profesional untuk
meningkatan pelayanan maksimal kepada nasabah. Kesiapan bersaing juga akan
ditunjang dengan konsolidasi sesama pengurus, sebab konsolidasi merupakan
penguatan keseluruhan manajemen BPR untuk melakukan upaya penguatan
organinasasi. Kesadaran yang kuat itu tumbuh karena BPR menyadari jika
persaingan bukannya semakin mudah tetapi justru semakin sulit.
PD
BPR Sukabumi juga memiliki bisnis inti yang pasti, terukur dan terarah.
Strategi bisnis serta visi dan misi yang jelas maupun perencanaan perusahaan
yang didamis sesuai perkembangan perekonomian. Pembenahan manajemen serta
peningkatan SDM yang dimiliki PD BPR Kabupaten Sukabumi seperti Pelatihan
Excellence Service Quality Improvement (Pelatihan Peningkatan Pelayanan Prima)
bagi karyawan dan karyawatinya yang diharapkan akan menjadi prioritas utama
termasuk pembinaan manajemen dan SDM bagi 13 cabang yang dimiliki PD BPR
Kabupaten Sukabumi.
Saat
ini total aset yang dimiliki PD BPR, semuanya berjumlah sekitar Rp 125 miliar
lebih. Jumlah itu berasal dari APBD, laba bersih PD BPR dan dominan suntikan
dari luar. Adapun untuk jumlah nasabah dan peminjam Deden mengaku jika peminjam
dari kalangan PNS ataupun pihak swasta, jumlahnya berimbang. Saat ini
PD BPR Sukabumi memiliki 13 Kantor Cabang yaitu : Sukaraja, Baros, Cisaat,
Cibadak, Cicurug, Cisolok, Sukaraja, Nyalindung, Sagaranten, Jampangkulon,
Kalapanunggal, Cikembar dan Parungkuda.
Adapun Tujuan dari PD. BPR Sukabumi adalah sebagai berikut :
-
Membantu meningkatkan taraf hidup
perkapita nasabah
-
Mensejahterakan seluruh pengguna jasa PD
BPR Sukabumi
-
Menjadikan salah satu kebanggaan pemilik
dalam kompensasi pendapatan asli daerah
-
Melayani nasabah secara profesional
melalui kepuasan, keamanan, kenyamanan dan menguntungkan
3.1.2 Visi dan Misi
Visi :
Sebagai bank yang sedang berkembang PD BPR Sukabumi terus berusaha
meningkatkan kinerjanya dan keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya guna
mendukung visi PD BPR Sukabumi yaitu ” BPR Mitra Usaha dan Andalan Kepercayaan Nasabah
”.
Misi :
PD BPR Sukabumi
sebagai salah satu perusahaan milik pemerintah daerah telah mempunyai komitmen
untuk melakukan suatu langkah kebijakan yang akan dilaksanakan sesuai yang
direncanakan untuk menuju kearah sasaran agar bisa berbuat sesuatu yang terbaik
bagi kepentingan para nasabah PD BPR Sukabumi mempunyai misi sebagai berikut ”
Memberikan pelayanan prima yang mendorong Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan
pendapatan optimal bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi ”. Fungsi PD BPR
Sukabumi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan perekonomian di
daerah serta salah satu sumber pendapatan asli daerah.
3.1.3 Struktur
Organisasi
Pimpinan Cabang
Budi
Sunardi, SE
|
Administrasi
Kredit
Ati Sumiati
|
Kantor Kas Gerbi
Zenal
|
Sie. Adm dan
Umum
Rohidah, SE
|
Sie. Pemasaran
Dani Mulyadi R, SE
|
Kantor Kas
Usup
Yudi Multihadi, SE
Dewi R Ningrum, SE
|
Staf. Adm dan
Umum
Ade Heri
Rachmat Hidayat
Asep Hermawan
|
Analis
Dana/Kredit
Nanang, SE
|
Teller
Ine Julaeha, SE
|
Sumber : PD.BPR Sukabumi
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PD. BPR Sukabumi
3.1.4 Uraian Tugas
1. Pimpinan Cabang
a. Melaksanakan
sistem dan prosedur operasional bank
b.
Memimpin dan bertanggung jawab penuh
atas seluruh aktivitas kantor cabang dalam usaha memasarkan produk dan jasa
bank serta memberikan layanan yang baik kepada nasabah
c.
Melakukan pengembangan, pengendalian dan
pengelolaan administrasi secara efektif
d.
Mengendalikan dan mengembangkan usaha
diwilayah kerjanya secara optimal
e.
Bertanggung jawab sepenuhnya untuk
membina dan mengembangkan sumberdaya manusia dalam usaha meningkatkan
kompetensi dan integritas serta mutu kerja para pegawai
2. Kepala
Kantor Kas
a. Mengelola dan bertanggung
jawab penuh terhadap kantor kas yang dipimpinnya.
b. Mengendalikan
dan mengembangkan usaha diwilayah kerjanya secara optimal dan terarah
c. Menyusun laporan hasil
evaluasi di tiap wilayah kantor kas tersebut
d. Mencatat segala transaksi
yang terjadi di kantor kas
3. Kasi
Administrasi dan Umum
a. Melaksanakan kegiatan
urusan tata usaha yang meliputi respondensi, dokumentasi, pemeliharaan dan
ketatalaksanaan perkantoran serta kearsipan termasuk melaksanakan pencatatan
surat masuk dan surat keluar dan mendistribusikan surat sesuai disposisi
Kapolsek.\
b. Mencatat transaksi
keuangan uang yang diterima dari nasabah maupun dari pemerintah.
c. Melaksanakan pengelolaan
administrasi terbatas bidang Materiil dan Logistik, mencatat barang – barang
Inventaris, pembagian gaji karyawan dan surat menyurat.
d. Menyiapkan Laporan laporan
transaksi keuangan.
e. Membuat permohonan uang
persediaan dan membuat laporan penggunaanya.
4. Kasi
Pemasaran
a. Melaksanakan penjualan
jasa
b. Membuat target pemasaran
dan laba perusahaan
c. Melakukan evaluasi
kinerja pemasaran
d. Mengembangkan produk
perusahaan
e. Memberikan pelayanan
prima kepada nasabah
f. Membuat rancangan kredit
rakyat atau mikro
g. Membuat laporan pemasaran
dan laba perusahaan
5. Analis
Dana/Kredit
a. Menganalisis calon
nasabah yang akan mengajukan kredit
b. Mensurvey kelengkapan dan
kesanggupan calon pengguna kredit
c. Menyetuji atau menolak
pengajuan kredit nasabah
d. Membuat rancangan analis
kredit nasabah
e. Mengelola catatan kredit
nasabah
f. Menanggulangi kredit
macat nasabah
g. Membuat laporan kredit
nasabah
6. Teller
a. Memberikan pelayanan
kepada nasabah
b. Mencatat transaksi dari
nasabah.
c. Membuat laporan transaksi
keuangan nasabah
3.2 Metode
Penelitian
3.2.1 Prosedur Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian ilmiah , seperti pendapat dari Suharsimi ( 2000 :16) meliputi
12 langkah penelitian yaitu :
1.
Memilih masalah
2.
Studi Pendahuluan
3.
Merumuskan Masalah
4.
Merumuskan anggapan dasar
5. Merumuskan hipotesis
6. Memilih
pendekatan
7. Menentukan
variabel dan sumber data
8. Menentukan
dan menyusun instrumen
9. Mengumpulkan
data
10. Analisis
data
11. Menarik
kesimpulan
12. Menulis
laporan
3.2.2 Desain Penelitian
Metode yang digunakan
artinya pengetahuan yang menjelaskan dan menguraikan tentang metode yang
dipakai dalam penelitian, sehingga
persyaratan untuk metodelogi penelitian adalah salah satunya metode
penelitian. Setiap kegiatan ilmiah mempunyai metode penelitian yang metodenya
didasarkan pada tujuan dan sasaran dalam penelitian. Selanjutnya Suradinata
(2001 : 6) menjelaskan bahwa : di
dalam metode penelitian harus secara jelas memberikan narasi tentang
operasional penelitian, variabel, karakteristik yang akan diuji dalam
penelitian dan keadaan yang bersifat umum, lingkungan tempat
organisasi/lembaga, waktu, keadaan alam, demografi dan sosial.
Penelitian tentang
hubungan kemampuan kerja pegawai terhadap
kualitas pelayanan nasabah di PD.
BPR Sukabumi Cabang Sukaraja dilakukan dengan metode Survei Eksplanatif. Penggunaan metode ini dikarenakan penulis
bertujuan bukan saja menggambarkan konsep dan fakta yang ada tetapi akan
menganalisis dan menjelaskan hubungan kemampuan kerja pegawai terhadap kualitas
pelayanan nasabah di PD. BPR Sukabumi Cabang Sukaraja melalui pengujian
hipotesis. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan adalah metode
survai dengan teknik korelasi dan regresi.
3.2.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.3.1 Populasi
Populasi dapat didefinisikan sebagai
kumpulan dari subjek atau pengukuran dari masalah yang akan diteliti (Bambang
S. Soedibjo, 2005:101). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah aktif PD.
BPR Sukabumi Cabang Sukaraja pada bulan September 2012 sebanyak 247 orang.
3.2.3.2 Teknik Penarikan Sampel
Sedangkan pengertian sampel adalah
bagian dari populasi. Sampel berisikan subjek atau anggota yang dipilih dari
populasi (Bambang S. Soedibjo, 2005: 102). Jumlah responden atau
sampel yang diambil berjumlah sebanyak
100 nasabah, maka dari itu digunakan rumus Slovin untuk mengetahui
jumlah sampel.
N 247
Rumus Slovin = n = = = 100
1 + N (e)² 1 + 247 (0.01)
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Nasabah
e = Error yang di tolelir
10%
3.2.4
Metode
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
cara mengedarkan daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh responden yang akan dijadikan sampel dari populasi. Teknik ini
dilakukan untuk mendapatkan data primer dan melengkapi data yang telah didapat dalam hal ini digunakan angket, yaitu
memberikan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden yang menjadi sampel
dalam penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Bambang (2004:91) yaitu "
Kuesioner adalah sehimpunan pertanyaan yang telah dirancang terlebih dahulu
dimana responden diberi alternatif pilihan jawaban yang sesuai dengan
pendapatnya”. Kuesioner merupakan mekanisme pengumpulan data yang efesien
apabila peneliti mengetahui secara persis apa yang diinginkan dan bagaimana
mengukur variable yang akan ditelitinya. Hal ini karena teknik pengambilan data
dengan kuesioner dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar tertulis kepada
sejumlah subjek untuk mendapat jawaban atau tanggapan tertulis. Perhitungan
skor masing-masing responden menggunakan skala ordinal yaitu jawaban diberi
skor dari 1 (satu) sama dengan sangat tidak setuju sampai dengan angka 5 (lima) artinya sangat setuju
3.2.5
Operasional Variabel
Definisi
operasional variabel penelitian adalah merupakan suatu objek, atau sifat, atau
atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam
variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan dalam melakukan sebuah penelitian
Variabel-variabel dalam
penelitian ini perlu dioperasionalkan guna menghindari adanya kesalahan dalam
penafsiran terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini serta mengarahkan dalam
menyusun alat ukur data yang diperlukan sesuai dengan hipotesa yang diajukan. Variebel independen (Variabel Bebas) atau variabel (X) adalah kemampuan kerja pegawai serta variabel
dependen (variabel terikat) atau variabel (Y) adalah kualitas pelayanan nasabah
Polsek Kebon Pedes.
Adapun konsep operasional
dari setiap variabel adalah sebagai berikut
: Kualitas pelayanan nasabah diukur berdasarkan pendapat dari
Parasuraman (2000:25) yang mengidentifikasikan kualitas pelayanan kedalam 5
dimensi yaitu :
-
Tangibles; Fasilitas
Fisik
-
Reliability; Kehandalan
-
Responsiveness; Daya Tanggap
-
Assurance; Jaminan/kepastian
-
Empathy; Akses, komunikasi, dan pemahaman dari
konsumen.
Variabel (X), yaitu Kemampuan kerja pegawai,
mengikuti pendapat dari Littlefield dan Peterson (dalam Hasibuan, 2003:51) yang
mengemukakan 3 persyaratan kemampuan kerja pegawai, yaitu :
1). Technical Skill
Keterampilan yang dimiliki untuk dapat menggerakan (memakai)
alat-alat teknis dan benda-benda mati lainnya (mesin-mesin), bahan baku, prosedur kerja
(berhubungan dengan kegiatan menghadapi unsur-unsur bukan manusia).
2). Human Skill
Keterampilan yang dimiliki dalam bidang kemanusiaan untuk
menggerakan manusia, misalnya untuk bergaul (berinteraksi, saling berhubungan,
saling mengerti, menyelami, dan mengerti keinginan atau perasaan atau
motif-motif bertindak atau norma-norma hidup atau kepribadian) orang lain,
serta memahami sifat dan karakter manusia.
3). Conceptual Skill
Keterampilan yang dimiliki seseorang untuk
menggerakkan perusahaan/organisasi,
melihat masa depan perusahaan/organisasi, keterampilan menyusun rencana,
menentukan dan menyusun organisasi yang baik, mencari dan menempatkan orang-orang
pada jabatan yang tepat.
Berdasarkan dimensi pengukuran
tersebut maka perlu diperjelas variabelnya sehingga akan lebih mudah
dioperasionalkan, untuk itu maka operasional variabel dapat dilihat melalui
tabel sebagai berikut
Tabel 3.2
OPERASIONAL VARIABEL
Variabel
|
Definisi |
Dimensi |
Indikator |
Skala |
No.Butir |
Kemampuan kerja
pegawai
(X)
|
Hubungan
internal antara pegawai dengan konsumen akan memberikan pengaruh yang sangat
kuat terhadap persepsi kualitas pelayanan. Kemudian Keahlian pegawai sangat
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan.
Brady (2001:38)
|
1. Attitude,
(Sikap
pegawai)
2. Behavior (Perilaku pegawai)
3.Expertise
(Keahlian Pegawai)
|
1.
Pegawai bersahabat dan ramah
2.
Memberikan pelayanan terbaik
3.
Memahami kebutuhan nasabah
1.
Petugas membantu kebutuhan konsumen
2.
Cepat tanggap
3.
Mengerti kebutuhan nasabah
1.
Memahami tugas
2.
Memberikan jawaban
yang jelas atas pertanyaan
3.
Mempunyai pengetahuan yang cukup
|
Ordinal
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Kualitas
pelayanan nasabah
(Y)
|
Kualitas pelayanan terdiri
dari sejumlah keistimewaan jasa pelayanan, yang memenuhi keinginan nasabah
Kotler(2001:63)
|
1.
Tangibles
|
1.
Penampilan pegawai
2.
Lokasi /
Tempat pelayanan
3.
Peralatan pegawai
4.
Kenyamanan
Ruangan
5.
Ketersediaan
Formulir
|
Ordinal
|
1
2
3
4
5
|
2. Keandalan
|
6.
Kecepatan
Pelayanan
7.
Kecepatan
Penyelesaian Administrasi
8.
Kemampuan menjelaskan
9.
Penyelesaian masalah
10.
Ketepatan
|
|
6
7
8
9
10
|
||
3. Daya Tanggap
|
11.
Kecepatan
menanggapi Keluhan
12.
Keramahan pegawai
13.
Kemampuan
menjawab permasalahan
14.
Kecepatan
menyelesaikan masalah
|
|
11
12
13
14
|
||
4. Jaminan
|
15.
Ketersediaan
peralatan Tekhnis
16.
Jaminan waktu
penyelesaian
17.
Jaminan
Kesesuaian peraturan dengan pelaksanaan
18.
Jaminan
kepastian hukum
19.
Pemahaman
manfaat jasa
|
|
15
16
17
18
19
|
||
5.
Empathy
|
20.
Kemudahan pengajuan permohonan
21.
Kejelasan
informasi
|
|
20
21
|
3.2.6 Hipotesis
Statistik
Dalam
sebuah peneliatian untuk melihat hubungan kedua jenis variabel yang akan
diteliti yaitu variabel X dan Y maka dilakukan pengujian hipotesis statistik,
tetapi dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan hipotesis statistik,
karena penelitian ini menggunakan teknik sensus maka tidak dilakukan uji
hipotesis statistik.
3.2.7 Metode
Analisis Data
3.2.7.1 Uji Instrumen
Untuk
menganalisa data dilakukan uji instrumen yang menggunakan uji validitas dan
reliabilitas, yaitu caranya setelah data terkumpul dan benar-benar lengkap
kemudian dilakukan uji Validitas dan reliabilitas, dengan menggunakan formula
dibawah ini
3.2.7.2 Uji Validitas
Instrumen
Validitas
menurut Bambang (2004:73) dapat diartikan sebagai ukuran empiris yang
mencerminkan arti yang sebenarnya dari konsep yang sedang dipelajari, sehingga
suatu instrument pengukuran dikatakan valid jika instrument tersebut mengukur
apa yang seharusnya diukur, dengan menggunakan pengujian construct validity.
Yaitu menurut Bambang (2004:73) validitas konstrak membahas isi dan makna dari
suatu konsep serta alat ukur yang akan
dipakai untuk mengukur konsep tersebut. Selanjutnya menurut menurut Sugiyono
dalam bukunya metode penelitian bisnis (2001:115) “pengukuran validitas
konstruksi dilakukan dengan analisis faktor (indikator), yaitu dengan
mengkorelasikan item instrument dalam suatu indikator dan mengkorelasikan skor
indikator dengan skor total dengan menggunakan korelasi product moment”
Rumus
koefisien korelasi product Moment /
pearsons:
r =
|
√ (nåx2 - (åx)
2 ) - (n å y2 - (åy)
2 )
Nilai korelasi tersebut
dibandingkan dengan nilai r kritis pada n dan signifikan 0.05. Jika nilai r
> nilai r dapat disimpulkan bahwa konstruksi dan butir instrument valid. maka
kriteria valid adalah apabila nilai koefisien korelasi bernilai lebih dari 0,3
atau dengan kata lain, nilai kritis yang ditentukan adalah 0,3.
3.2.7.3 Uji
Reliabilitas Instrumen
Untuk
mengukur reliabilitas data adalah bagaimana konsisten data yang dikumpulkan.
Pengujian reliabilitas konsisten internal (internal
consistency) dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach (Guilford,
1954 dalam Soedibjo, 2004:69). Sedangkan menurut Sekaran (Soedibjo, 2004:73), koefisien
a-Cronbach dapat dipandang sebagian
sebuah indeks yang cukup sempurna dalam menilai reliabilitas konsisten antar
butir. Rumus yang digunakan adalah (Guilford, 1954 dalam Soedibjo, 2004:69),
sebagai berikut ;
k ∑Vi
α = -----[1 - -----
]
k-1 Vt
|
Diminta :
K = jumlah varians
Vi
= varians dari item ke-i
Vt = varians dari jumlah keseluruhan butir
Menurut Sekaran dalam Soedibjo
(2004:71) kriteria penilaian terhadap koefisien
a- Cronbach adalah sebagai
berikut :
A < 0,6
|
:
|
Kurang reliable
|
0,6<a<0,8
|
:
|
Cukup reliable
|
a>0,8
|
:
|
Sangat reliable
|
Dalam penelitian ini analisis perhitungannya menggunakan
program statistik SPSS versi 12
3.2.7.4 Analisis Hubungan
Analisis hubungan
menggunakan analisis korelasi Spearman. Analisis ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat derajat antara variabel bebas “X” dengan variabel tidak
bebas “Y”, ukuran yang digunakan untuk menyatakan tingkat derajat disebut
koefisien korelasi “r”.
Rumus koefisien korelasi Spearman :
6 ∑ d2
rs = 1 - -----------
n(n2
– 1)
|
Diminta :
n = jumlah Data
n2
= Jumlah kuadrat dari n
di =
selisih dari variabel X dan variabel Y
di2 = jumlah kuadrat dari di
Dengan batas-batas korelasi “r”
-1<r<1 :
1).
Jika r bernilai positif, maka terdapat hubungan yang searah diantara
variabel
bebas dan variabel tidak
bebas akan bertambah besar, jadi bersifat sama.
2).
Jika bernilai 0, maka tidak ada hubungan antara variabel bebas dan
variabel
tidak bebas.
3). Jika bernilai negatif, maka
terdapat hubungan yang berlawanan arah antara
variabel bebas dan variabel tidak
bebas (jika variabel bebas bertambah besar
maka variabel tidak bebas bertambah
kecil).
4).
Jika nilai korelasi (r) bertambah
besar, maka hal ini menunjukan hubungan antara variabel bebas dan
variabel tidak bebas semakin kuat dan demikian pula sebaliknya.
Menurut Sugiyono (2000 : 216), kuat
tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat diukur dengan suatu
angka-angka korelasi sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kriteria Derajat Keeratan Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi
|
Interprestasi
|
0,00-0,19
|
Hubungan bisa diabaikan
|
0,20-0,39
|
Hubungan yang lemah
|
0,40-0,69
|
Hubungan yang kuat
|
0,70-1,00
|
Hubungan yang sangat kuat
|
Sumber : Sugiyono (2000:216)
Untuk mengetahui berapa
besar kontribusi atau sumbangan variabel “X” terhadap variabel “Y” maka
digunakan rumus koefisien determinan, dengan rumus sebagai berikut :
KD = r2 x 100%
|
Diminta :
Kd =
koefisien determinasi
R =
koefisien Korelasi
Adapun
batas-batas koefisien determinasi yaitu 0% < d < 100% dengan interpretasi
sebagai berikut :
1). Jika r = 0% atau mendekati 0% berarti hubungan
variabel X terhadap variabel Y, maka pengaruh kedua variabel kurang berarti,
bahkan tidak berhubungan sama sekali.
2). Jika r = 100% atau mendekati 100% berarti hubungan
variabel X terhadap variabel Y, maka hubungan kedua variabel
semakin kuat.