BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
Banyak yang kita bisa definisikan dari manajemen, banyak
pula para ahli yang mendefinisikan secara berbeda namun pada intinya manajemen
adalah sebuah cara atau seni dalam mengelola sebuah organisasi. Bila kita
mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen
mengandung tiga pengertian, yaitu pertama, manajemen sebagai suatu proses,
kedua, manajemen sebagai kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan ketiga, manajemen sebagai
suatu seni (art) dan sebagai suatu
ilmu.
Menurut
pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses,
berbeda-beda definisi yang diberikan
oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut
pengertian yang pertama itu, kita kemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia
of the Social Sciense dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan
nama pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya,
Haiman mengatakan bahwa manajemen
adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi
usaha – usaha individu untuk mencapai tujuan
bersama.
George R. Terry Menjelaskan bahwa manajemen adalah
pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.
Bila
kita perhatikan ketiga definisi diatas, maka akan segera tampak bahwa ada tiga
pokok penting dalam definisi-definisi tersebut yaitu pertama, adanya tujuan
yang ingin dicapai; kedua, tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan
orang-orang lain; dan ketiga, kegiatan-kegiatan orang lain itu harus dibimbing
dan diawasi.
Menurut
pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktifitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan
aktifitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Dalam arti
singular (tunggal), disebut manajer. Manajer adalah pejabat yang bertanggung
jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar tujuan unit yang
dipimpinnya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
Apakah
yang dimaksud dengan aktivitas manajemen itu? Dengan aktivitas manajemen
dimaksudkan kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap
manajer Pada umumnya kegiatan-kegiatan
manajer dan aktivitas manajer itu adalah planning,
organizing, staffing, directing, dan controlling. Ini sering pula disebut
dengan istilah proses manajemen, fungsi-fungsi manajemen, bahkan ada yang
menyebutnya unsur-unsur manajemen.
Menurut
pengertian yang ketiga, manajemen itu adalah seni atau suatu ilmu. Mengenai inipun
sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan lain mengatakan bahwa
manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung
kebenaran.
Manajemen
sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil dan
manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan
fenomena-fenomena (gejala-gejala), kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, jadi
memberikan penjelasan-penjelasan.
Unsur
keilmuan merupakan kumpulan pengetahuan yang tertentu, seperti yang dinyatakan
oleh peraturan-peraturan atau statemen-statemen umum, dan dipertahankan oleh
berbagai tingkat ujian-ujian dan penyelidikan-penyelidikan. Unsur seni ialah
pemakaian pengetahuan tersebut pada satu situasi tertentu. Dengan
pengalaman-pengalaman pemakaian yang demikian menjadi pembawaan, kira-kira
suatu panca indera keenam, keahlian yang bersifat intuisi. Dalam kehidupan
nyata sehari-hari, manajemen benar-benar melakukan kedua fungsi tersebut, yaitu
selain fungsi ilmu juga sebagai seni.
Memperlihatkan
pengertian manajemen yang pertama serta kenyataan bahwa manajemen itu adalah
ilmu sekaligus seni, maka manajemen itu dapat diberi definisi sebagai “
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan”
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Edwin B Flipo “Personnel
management is the planning, organizing, directing and controlling of the
procurement, development, compensation, integration, maintenance, and
separation of human resources to the end that individual, organizational and
societal objectives are accomplished” . Manajemen personalia adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian
karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan dan
masyarakat.
Selanjutnya
manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu , sedangkan manajemen sumber daya manusia atau MSDM adalah
suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam
organisasi perusahaan, unsur MSDM adalah manusia yang merupakan tenaga kerja
pada perusahaan , dengan demikian fokus yang dipelajari MSDM ini hanyalah
masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja.
Menurut Dadang Sukmara (2004:2)
merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan,
dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya
manusia dapat didefinisikan pula sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan
sumber daya yang ada pada individu (pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan
tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai
tujuan organisasi dan pengembangan individu pegawai.
Menurut Anwar Prabu (2004:2)
Terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber daya menusia, yaitu : 1).
Pengadaan tenaga kerja, 2). Pengembangan tenaga kerja, 3).Pemberian balas jasa,
4). Integrasi, 5). Pemeliharaan tenaga kerja, 6). Pemisahan tenaga kerja
1.
Pengadaan tenaga kerja terdiri dari :
-
Perencanaan sumber daya manusia
-
Analisis jabatan
-
Penarikan pegawai
-
Penempatan kerja
-
Orientasi kerja (job orientation)
2.
Pengembangan tenaga kerja mencakup :
-
Pendidikan dan pelatihan (training and development)
-
Pengembangan (karier)
-
Penilaian prestasi kerja
3.
Pemberian balas jasa mencakup :
-
Balas jasa langsung terdiri dari :
·
Gaji / upah
·
Insentif
-
balas jasa tak langsung terdiri dari :
·
Keuntungan (benefit)
·
Pelayanan / kesejahteraan (services)
4.
Integrasi
mencakup :
-
Kebutuhan karyawan
-
Motivasi kerja
-
Kepuasan kerja
-
Disiplin kerja
-
Partisipasi kerja
5.
Pemeliharaan tenaga kerja mencakup :
-
Komunikasi kerja
-
Kesejahteraan dan keselamatan kerja
-
Pengendalian konflik kerja
-
Konseling kerja
6.
Pemisahan tenaga kerja mencakup :
Pemberhentian
Karyawan
2.2 Kemampuan Kerja Pegawai
Kemampuan kerja sangat
dibutuhkan dalam sebuah organisasi, dikarenakan kemampuan kerja tersebut dapat
menunjang segala kebutuhan yang dibutuhkan organisasi tersebut. Tanpa kemampuan
kerja pegawai atau dalam hal ini pegawai, sebuah organisasi tidak akan mungkin
bisa menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, maka dari dari itu kemampuan
kerja pegawai sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi atau dalam hal ini
adalah institusi Kepolisian.
Menurut Littlefield dan Peterson
(dalam Hasibuan, 2000:51) yang mengemukakan bahwa keterampilan yang dimiliki
untuk dapat menggerakan (memakai) alat-alat teknis dan benda-benda mati lainnya
(mesin-mesin), bahan baku, prosedur kerja (berhubungan dengan kegiatan menghadapi
unsur-unsur bukan manusia) bisa diartikan sebagai kemampuan teknik seorang
pegawai. Selanjutnya keterampilan yang dimiliki dalam bidang kemanusiaan untuk
menggerakan manusia, misalnya untuk bergaul (berinteraksi, saling berhubungan,
saling mengerti, menyelami, dan mengerti keinginan atau perasaan atau
motif-motif bertindak atau norma-norma hidup atau kepribadian) orang lain,
serta memahami sifat dan karakter manusia. Sifat dan kepribadian seseorang
terbentuk oleh pembawaan dan lingkungan sosialnya.
Dalam hal konseptual bisa dijelaskan
bahwa keterampilan yang dimiliki seseorang untuk menggerakkan
perusahaan/organisasi, melihat masa depan perusahaan/organisasi, ketrampilan
menyususn rencana, menentukan dan menyusun organisasi yang baik, mencari dan
menempatkan orang-orang pada jabatan yang tepat, membuat suatu keputusan yang
tepat bagi perusahaan secara keseluruhan.
Kemampuan hubungan kerja pegawai menurut Brady (2001:37) terdiri atas
3 dimensi yaitu (1) Attitude, (2)
Behavior, (3) Expertise. . Ketiga
dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama Attitude atau sikap pegawai menurut
Brady and Cronin (2001, 46) dapat dilihat melalui 3 indikator yaitu ,(1) friendly, (2) understand my needs, (3)
willingness to help me. Ketiga indikator tersebut menunjukan bahwa, (1)
pegawai yang bersahabat dan ramah dengan
konsumen , (2). Sikap dari petugas
menunjukan keinginan dan kemauan yang besar untuk membantu memberikan
pelayanan yang terbaik bagi konsumen
yang datang ke kantor , (3) Sikap dari pegawai menunjukan bahwa mereka memahami
kebutuhan konsumen akan pelayanan .
Behavior atau perilaku pegawai menurut
Brady and Cronin (2001, 46) dapat dilihat melalui 3 indikator yaitu, (1) actions to address my needs, (2) respond
quickly to my needs, (3) they understand
my needs. Ketiga indikator tersebut menunjukan, (1) petugas membantu memenuhi kebutuhan
konsumen dalam memberikan pelayanan,
(2) Pegawai menanggapi dengan cepat apa yang menjadi
keinginan konsumen, (3) Perilaku pegawai menunjukan pemahaman atas kebutuhan
konsumen
Expertise
atau keahlian pegawai menurut Brady and Cronin (2001, 46) dapat dilihat melalui
3 indikator yaitu, (1) knowing their
jobs, (2) answer my questions quickly, (3) knowledge to meet my needs, Ketiga
indikator tersebut menunjukan bahwa, (1) banyaknya pegawai yang memahami tugasnya dalam melayani
konsumen, (2) pegawai dapat memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan
konsumen mengenai pelayanan .(3) Pegawai
memiliki pengetahuan yang cukup membantu
konsumen dalam memberikan pelayanan. Ketiga dimensi yang dikemukakan
tersebut ini sangat berperan dalam menentukan kemampuan pegawai yang
mempengaruhi terhadap produktifitas kerja perusahaan.
Menurut Kotler (2001:300) Kualitas pelayanan pegawai
mempunyai 6 dimensi yaitu :
1.
|
Competence
|
:
|
The
employees possess the required skill and knowledge
|
2.
|
Courtesy
|
:
|
The
employees are friendly, respectful, and considerate.
|
3.
|
Credibility
|
:
|
The
employees are trustworthy
|
4.
|
Reliability
|
:
|
The
employees perform the service with consistency and accuracy.
|
5.
|
Responsiveness
|
:
|
The
employees respond quickly to society
requests and problems
|
6.
|
Communication
|
:
|
The
employees make an effort to understand the society and communicate
clearly.
|
Kemampuan (competence), yaitu bahwa para pegawai
memiliki keahlian dan pengetahuan yang diperlukan. Kesopanan (courtesy) yaitu para pegawai ramah,
hormat dan penuh perhatian. Kredibilitas (credibility)
yaitu para pegawai dapat dipercaya. Cepat Tanggap (responsiveness) para pegawai cepat menanggapi permintaan dan
permasalahan konsumen. Komunikasi (communication)
yaitu para pegawai berusaha memahami pelanggan dan berkomunikasi dengan jelas.
Menurut Lovelock (Brady
2001:38) menyatakan “ The interpersonal
interaction that take place during service delivery often have the greatest
effect on services quality perceptions”. Hubungan internal antara pegawai
dengan konsumen akan memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap persepsi
kualitas pelayanan. Kemudian Brady (2001:38) menyatakan “Perceptions about employee expertise directly influence the quality of
service interactions”. Keahlian pegawai (pegawai) sangat berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan.
Selanjutnya dikemukakan oleh Kotler
(2001:300) “ Companies can gain a strong
through hiring and training better people than their competitors do”.
Pengertian tersebut menunjukan pentingnya kualitas pelayanan pegawai dalam
membentuk reputasi perusahaan.
Kemampuan
pegawai, akan memperkuat dalam menghasilkan rencana yang baik. Seseorang akan
mampu melakukan suatu tindakan apabila memang ada kekuasaan untuk mengerahkan
dan menggerakan kemampuannya. Kemampuan
seseorang menurut McClelland (Gibson, 2001:208) merupakan suatu keperluan yang
dipelajari dari budaya masyarakat dan diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan.
2.3
Kualitas Pelayanan Masyarakat
Pelayanan adalah suatu
aktivitas yang dilakukan oleh sesorang dalam rangka memenuhi kebutuhan pihak
lain dalam hal ini konsumen, nasabah, atau masyarakat sebagai suatu tuntutan
yang menjadi tanggung jawab sehingg pihak lain tersebut dapat merasakan
kebaikan dari pelayanan tersebut.
Berdasarkan organisasi yang
menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1.
Pelayanan publik atau pelayanan umum
yang diselenggarakan oleh organisasi publik.
2.
Pelayanan publik atau pelayanan umum
yang diselenggarakan oleh organisasi privat.
Pelayanan publik atau
pelayanan umum diselenggarakan oleh organisasi privat dapat dibedakan lagi
menjadi:
-
Yang bersifat primer dan
-
Yang bersifat sekunder
Perbedaan diantara
ketiga jenis pelayanan publik atau pelayanan umum seperti yang dikemukakan
Gronroos (2002:113) adalah sebagai berikut :
1.
Pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh privat. Ini adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang
diselenggaraka oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, PTS,
perusahaan pengangkutan milik swasta.
2.
Pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan bersifat primer. Ini adalah semua penyediaan barang/jasa
publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang didalamnya pemerintah
merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tak mau harus
memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan
penjara dan pelayanan perizinan.
3.
Pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan bersifat sekunder. Ini adalah segala bentuk penyediaan
barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi didalamnya
pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa
penyelenggara pelayanan, misalnya program asuransi tenaga kerja, program
pendidikan dan pelayanan yang diberikan oleh BUMN.
Kualitas pelayanan menurut Tjosvold (Sadu, 2001:50) “
mengatakan bahwa melayani masyarakat baik sebagai kewajiban maupun sebagai
kehormatan, merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat yang manusiawi.
Selanjutnya Tjosvold (Sadu, 2001: 50) “ menambahkan bahwa bagi organisasi,
melayani anggota merupakan saat yang menentukan, peluang bagi organisasi untuk
menunjukan kredibilitas dan kapabilitasnya”.
Kualitas pelayanan (Service)
menurut Kotler (2001 ; 578) yaitu : “ A Service any Act or performance that one
party can offer to another that is essentially intangible and does not result
in the Ownership of anything , its production
may or may no be to a physical product” Maksudnya yaitu bahwa
pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu
pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan
pada satu produk fisik. Karakteristik jasa menurut Kotler (2001 ; 84): “ Jasa
memiliki empat karakteristik utama yang mempengaruhi rancangan program
pemasaran yaitu intangibility (Berwujud) , Inspability ( Tidak terpisahkan), variability (Bervariasi)
dan pereshability (Mudah lenyap)”. Dari
hal diatas dapat dikaitkan dengan beberapa dimensi yang mempengaruhi kualitas
pelayanan yaitu, tangibles (keadaan
fisik), keandalan, daya tanggap, jaminan, dan emphaty.
Karakteristik dari jasa menurut Gasperz (Sady,
2001:53) mengemukakan 13
karakteristik yaitu: Pelayanan merupakan
output tak berbentuk
(intangible output).
-
Kualitas pelayanan merupakan output variabel, tidak standar
-
Kualitas pelayanan tidak dapat disimpan
dalam inventori, tetapi dapat dikonsumsi
dalam produksi.
-
Terdapat hubungan langsung yang erat
dengan anggota melalui proses kualitas pelayanan.
-
Anggota berpartisipasi dalam proses memberikan
pelayanan.
-
Keterampilan pegawai diserahkan atau
diberikan secara langsung kepada anggota.
-
Kualitas Pelayanan tidak dapat
diproduksi secara masal
-
Membutuhkan pertimbangan pribadi yang
tinggi dari individu yang memberikan pelayanan.
-
Koperasi jasa pada umumnya bersifat
padat karya.
-
Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi
anggota.
-
Pengukuran kualitas pelayanan bersifat subyektif.
-
Option
penetapan
harga lebih rumit.
Pengertian service
menurut pakar ekonomi lainya yaitu menurut Bermen ( 2003 : 20 ) :“ Customer service refers to the
identifiable, but semetimes intangible activities undertaken by a retailer in
conjunction with the basic goods and service
it sells”. Komponen pelayanan dalam bisnis tidak dapat dipisahkan
baik itu untuk perusahaan jasa maupun perusahaan dagang. Untuk perusahaan jasa,
pelayanan ini sebagai produk yang berdiri sendiri, sedangkan pada perusahaan
dagang dan industri sebagai produk tambahan yang selalu melekat pada produk
utamanya.
Pengertian dari kualitas
pelayanan umum menurut Sadu (2001:51) “Pemberian jasa baik oleh
pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada
masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan
atau kepentingan masyarakat”. Dengan
demikian yang dapat memberikan pelayanan umum kepada masyarakat luas bukan
hanya instansi pemerintah melainkan juga pihak swasta. Kualitas pelayanan umum
yang dijalankan oleh instansi pemerintah bermotif sosial dan politik, yakni
menjalankan tugas pokok serta mencari dukungan suara. Sedangkan kualitas pelayanan
umum oleh swasta bermotif ekonomi, yakni mencari keuntungan.
Selanjutnya menurut David Garvin
(Lovelock 2004 : 367) dimensi kualitas pelayanan produk terdiri dari :
- Performansi (Performance).
- Keistimewaan Tambahan (Feature).
- Kehandalan (Realibility).
- Daya Tahan (Durability).
- Konformasi (Conformance).
- Kemampuan Pelayanan ( Service Ability).
- Estetika (Aesthetics).
- Kualitas yang dirasakan (Perceived Quality).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kualitas pelayanan memiliki 10 (sepuluh) dimensi sebagai berikut :
1.
Faster (lebih
cepat) berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatan dan
kemudahan atau bagaimana untuk memperoleh produk ini.
2.
Cheaper
(lebih murah) berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau
ongkos daru suatu produk yang harus dibayarkan oleh anggota.
3.
Performance
(Performansi)
berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik
utama yang dipertimbangkan anggota ketika ingin membeli suatu produk.
4.
Feature
(Keistimewaan tambahan) merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah
fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
5.
Reliability
(Kehandalan) berkaitan dengan tingkat probabilitas
atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam
periode waktu tertentu, dengan demikian kehandalan merupakan karakteristik yang
merefleksikan kemungkinan atau probabilitas
tingkat keberhasilan dalam penggunaan produk itu.
6.
Conformance
(Konformansi) berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan anggota, konformansi
merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik
operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering didefinisikan
sebagai konformansi terhadap kebutuhan (Conformance
to Requirements).
7.
Durability
(daya
tahan) merupakan ukuran masa pakai suatu produk karakteristik ini berkaitan
dengan daya tahan produk itu.
8.
Service
Ability (kemampuan pelayanan) merupakan karakteristik yang
barkaitan dengan kecepatan, keramahan / kesopanan, kompetensi, kemudahan serta
akurasi dalam perbaikan.
9.
Aesthetics
(estetika) merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan
dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari referensi atau pilihan
individual. Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan
dengan perasaaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu.
10.
Perceived
Quality (kualitas yang dirasakan) bersifat subyektif berkaitan
dengan perasaan anggota dalam mengkonsumsi produk.
Dimensi kualitas pelayanan lainnya
menurut Parasuraman yang dikemukan oleh Bermen (2003 : 631) adalah sebagai berikut :
1. 1. Tangibles
2. 2. Credibility
3. 3. Competence
4. 4. Acces
5. 5. Reliabilty
6. 6. Responsiveness
7. 7. Countesy
8.
9. Communication
10. Understanding
The
Society
Security
|
: Phsyical Fasilities, appearance of personel tools are equipment,
phsyical resentation of service.
: Trustworthiness, Believability, and
Honesty.
: Possession
of requied skill and knowlegde.
: Approachability service at designated of
contact.
: Performing service
at designated time dependability of performance, accuracy in billing and correct
record keeping.
:
Timeliness of service.
:
Politeness, Respect,
Consideration and Friendliness
of contact personnel.
: Keeping
peoples informed in
languange they can understand, and listening to peoples comments.
: Keeping
an effort to undertand.
: Fredom
from danger, risk, or doubt.
|
Sepuluh dimensi tersebut dijelaskan
kembali sebagai berikut :
1. Tangibles (fasilitas fisik) meliputi
fasilitas tempat parkir, fasilitas gedung, toko, tata letak dan tampilan
barang, kenyamanan fasilitas fisik, fasilitas WC umum, peralatan &
perlengkapan yang modern.
2.
Credibility
(kredibilitas)
meliputi kepercayaan, keyakinan dan kejujuran dalam kualitas pelayanan.
3.
Competence
(kompeten) meliputi keterampilan dan pengetahuan kualitas pelayanan.
4.
Access
(akses) meliputi memberikan/menyediakan keinginan anggota dan kualitas pelayanan
mudah dihubungi.
5.
Relibility
(reliabilitas)
meliputi penunjuk barang, penampilan barang pembuatan nota dan pencatatan nota.
6.
Responsibveness
(responsif) yaitu membantu dengan segera memecahkan masalah.
7.
Courtesy
(kesopanan)
meliputi kesopanan, penghargaan, bijaksana dan keramahan pelayanan.
8.
Communication
(komunikasi) meliputi komunikasi yang baik dan bisa mendengarkan pendapat
anggota.
9.
Understanding
the customer (memahami anggota) yaitu mengerti dan memahami
kebutuhan dari anggota.
Dari kesepuluh dimensi kualitas
pelayanan ini Parasuraman (2000 : 25) mengidentifikasikan kedalam 5 dimensi
kualitas pelayanan yaitu :
1.
Tangibles;
appearance of physical elements
2.
Reliability;
dendable, accurate performance
3.
Responsiveness;
promptness and helpfulness
4.
Assurance;
competence, courtesy, credibility, and security
5.
Empathy;
easy access, good communications, and customer understanding
Dari
penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 5 dimensi kualitas
pelayanan yang meliputi Tangibles (keadaan
fisik), Reliability (keandalan), Responsiveness (daya tanggap), Assurance (jaminan), Empathy (kemudahan).
2.4 Hubungan
Kemampuan Kerja Pegawai dengan Kualitas Pelayanan Masyarakat
Dari
berbagai definisi dari kemampuan kerja dan kualitas pelayanan jika dikaitkan
bisa memiliki hubungan dan pengaruh yang berkaitan satu sama lain sehingga
dapat dikembangan menjadi sesuatu yang lebih baik dalam memajukan sebuah
organisasi. Berdasarkan rumusan-rumusan dalam konsep kualitas pelayanan terkandung beberapa pengertian yaitu adanya
dampak atau akibat yang dikehendaki, adanya ketepatan baik ketepatan sasaran,
ketepatan waktu dan ketepatan lainnya sesuai dengan rencana. Keberhasilan yang
akan dicapai oleh polsek tergantung dari kemampuan kerja pegawai dengan kualitas
pelayanan yang dilakukan oleh PD. BPR Sukabumi.
Kemampuan
kerja para pegawai memiliki keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan, seperti yang dikemukakan Brady (2001:37) terdiri atas 3 dimensi
yaitu (1) Attitude, (2) Behavior, (3)
Expertise, dan itu pun dapat dikembangkan kembali seperti diantaranya
kesopanan, kredibilitas, cepat tanggap, komunikasi. Kualitas pelayanan digunakan sebagai metode ukuran untuk menguji
sejauh mana mampu mengusahakan tujuan umum.
Oleh
karena itu pihak kepolisian harus terus mempertahankan kondisi tersebut dan
tentunya harus dapat mengontrol hal-hal yang berkaitan antara kemampuan kerja pegawai
dengan kualitas pelayanan masyarakat seperti yang dikemukakan Parasuraman
(2000:25) yaitu keadaan fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan kemudahan.
Selain itu perlu dilakukannya evaluasi kerja terhadap kualitas pelayanan
masyarakat, karena kualitas pelayanan masyarakat sangat tergantung dari
kemampuan kerja pegawai PD. BPR Sukabumi.