Latar belakang
Ikatan dalam halogenalkana
Halogenalkana (juga dikenal sebagai haloalkana atau alkil halida) adalah senyawa-senyawa yang mengandung sebuah atom halogen (fluor, klor, bromin, atau iodin) yang terikat dengan satu atau lebih atom karbon pada sebuah rantai.Hal yang menarik tentang senyawa-senyawa ini adalah ikatan karbon-halogen, dan semua reaksi substitusi nukleofilik halogenalkana melibatkan pemutusan ikatan ini.
Polaritas ikatan karbon-halogen
Terkecuali iodin, semua halogen lebih elektronegatif dibanding atom karbon.Nilai keelektronegatifan (Skala Pauling)
C | 2.5 | F | 4.0 |
Cl | 3.0 | ||
Br | 2.8 | ||
I | 2.5 |
Walaupun ikatan karbon-iodin tidak memiliki dipol permanen, ikatan ini sangat mudah dipolarisasi oleh apapun yang mendekatinya. Coba anda bayangkan sebuah ion negatif yang mendekati ikatan ini dari sisi yang berjauhan dengan ujung atom karbon:
Kekuatan ikatan karbon-halogen
Perhatikan kekuatan ikatan-ikatan berikut (semua nilai dalam kJ mol-1).C-H | 413 | C-F | 467 |
C-Cl | 346 | ||
C-Br | 290 | ||
C-I | 228 |
Ikatan karbon-fluorin sangat kuat (lebih kuat dari ikatan C-H) dan tidak mudah diputus. Ini berarti bahwa ikatan karbon-fluorin memiliki polaritas yang paling besar, tetapi polaritas ini tidak penting sebab kekuatan ikatan jauh lebih penting dalam menentukan kereaktifannya. Dengan demikian fluoroalakana sangat tidak reaktif. Untuk pembahasan selanjutnya kita tidak akan menyinggung lagi tentang fluoroalkana.
Pada halogenalkana yang lain, ikatan menjadi semakin lemah dari klorin ke bromin sampai ke iodin.
Ini berarti bahwa kloroalkana bereaksi paling lambat, bromoalkana bereaksi paling cepat, dan iodoalkana bereaksi masih lebih cepat lagi.
Laju reaksi: RCl < RBr < RI
Dimana “<” dibaca sebagai “lebih kecil dari” – atau, dalam hal ini, “lebih rendah dari”, dan R merupakan gugus alkil.Substitusi nukleofilik pada halogenalkana primer
Hal ini perlu diketahui dalam pembahasan tentang “halogenalkana primer” atau reaksi SN2.Nukleofil
Nukleofil adalah sebuah spesies (ion atau molekul) yang tertarik dengan kuat ke sebuah daerah yang bermuatan positif pada sesuatu yang lain.Nukleofil bisa berupa ion-ion negatif penuh, atau memiliki muatan yang sangat negatif pada suatu tempat dalam sebuah molekul. Nukleofil-nukleofil yang umum antara lain ion hidroksida, ion sianida, air dan amonia.
Reaksi substitusi nukleofilik – sebuah reaksi SN2
Kita akan membahas mekanisme reaksi ini dengan menggunakan sebuah ion sebagai nukleofil, karena akan lebih mudah. Mekanisme untuk nukleofil air dan amonia melibatkan tahapan ekstra yang akan dijelaskan pada halaman yang lain.Kita akan melihat reaksinya dengan menggunakan ion nukleofil yang umum, yang dalam hal ini kita sebut sebagai Nu-. Nukleofil ini akan memiliki sekurang-kurangnya satu pasangan elektron bebas. Nu- misalnya bisa berupa OH- atau CN-.
Pergerakan elektron bebas ini ke arah atom karbon akan terus berlangsung sampai -Nu terikat kuat dengan atom karbon, dan bromin telah dilepaskan sebagai sebuah ion Br-.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Ion Nu- mendekati atom karbonJika dicermati, maka harus ada sebuah titik dimana Nu- terikat setengah ke atom karbon, dan ikatan C-Br terputus setengahnya. Ini disebut sebagai keadaan transisi. Keadaan ini bukan sebuah intermediet dan tidak bisa diamati terpisah meski hanya sesaat. Keadaan ini hanyalah titik-tengah dari sebuah serangan oleh satu gugus dan terlepasya gugus yang lain.
Cara menuliskan mekanisme reaksi
Cara yang paling sederhana adalah sebagai berikut:Dalam beberapa soal ujian, anda biasanya diminta menunjukkan keadaan transisi ini dalam mekanisme reaksi, dimana anda perlu menuliskannya dengan sedikit lebih mendetail, yaitu dengan menunjukkan bagaimana segala sesuatunya tertata dalam ruang.
Perhatikan bahwa molekul telah dibalik selama reaksi terjadi – agak mirip dengan payung yang terbuka ke atas.
Substitusi nukleofilik pada halogenalkana tersier
Reaksi substitusi nukleofilik – sebuah reaksi SN1
Sekali lagi, kita akan membahas mekanisme ini dengan menggunakan sebuah ion sebagai nukleofil, karena lebih mudah, dan lagi-lagi kita akan melihat reaksi ion nukleofilik yang kita sebut sebagai Nu-. Ion nukleofil ini akan memiliki sekurang-kurangnya satu pasangan elektron bebas.Mengapa sebuah mekanisme berbeda diperlukan?
Seperti yang telah dijelaskan bahwa ketika sebuah nukleofil menyerang sebuah halogenalkana primer, dia akan mendekati atom karbonPada halogenalkana tersier, hal ini tidak mungkin. Belakang molekul telah terisi oleh gugus-gugus CH3.
Mekanisme alternatif
Reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada tahap pertama, beberapa halogenalkana terionisasi menghasilkan sebuah ion karbonium dan sebuah ion bromida.Akan tetapi, ketika karbonium terbentuk, dia akan bereaksi segera ketika bersentuhan dengan sebuah nukleofil seperti Nu-. Pasangan elektron bebas pada nukleofil tertarik kuat ke arah karbon positif, dan bergerak kearahnya untuk membentuk sebuah ikatan baru.
Mengapa halogenalkana primer tidak menggunakan mekanisme SN1?
Jika sebuah halogenalkana primer menggunakan mekanisme ini, maka tahap pertama akan menjadi, misalnya:Ketidakstabilan ini berarti bahwa dibutuhkan energi aktivasi yang sangat tinggi untuk reaksi yang melibatkan sebuah halogenalkana primer. Energi aktivasi jauh lebih kecil jika mengalami reaksi SN2 – olehnya itu reaksi inilah yang terjadi.
Substitusi nukleofilik pada halogenalkana sekunder
Mekanisme SN2 mungkin karena belakang molekul tidak semuanya ditempati gugus alkil sehingga nukleofil yang mendekat masih bisa terikat pada atom karbon
Mekanisme SN1 mungkin karena karbonium sekunder yang terbentuk pada tahap lambat lebih stabil dibanding karbonium primer. Ion karbonium ini tidak sama stabilnya dengan karbonium tersier, sehingga rute SN1 tidak sama efektifnya dengan yang terjadi pada halogenalkana tersier.