• Breaking News

    Panduan dan Tutorial Lengkap serta Materi Pelajaran di Mulyono Blog. Konten Terlengkap dan Terpercaya

    Kamis, 20 Januari 2011

    perang dingin

    Perang Dingin
    Perang Dingin adalah sebutan
    bagi sebuah periode di mana
    terjadi konflik, ketegangan, dan
    kompetisi antara Amerika Serikat
    (beserta sekutunya disebut Blok
    Barat) dan Uni Soviet (beserta
    sekutunya disebut Blok Timur)
    yang terjadi antara tahun 1947—
    1991. Persaingan keduanya
    terjadi di berbagai bidang: koalisi
    militer; ideologi, psikologi, dan tilik
    sandi; militer, industri, dan
    pengembangan teknologi;
    pertahanan; perlombaan nuklir
    dan persenjataan; dan banyak
    lagi. Ditakutkan bahwa perang ini
    akan berakhir dengan perang
    nuklir, yang akhirnya tidak
    terjadi. Istilah "Perang Dingin"
    sendiri diperkenalkan pada tahun
    1947 oleh Bernard Baruch dan
    Walter Lippman dari Amerika
    Serikat untuk menggambarkan
    hubungan yang terjadi di antara
    kedua negara adikuasa tersebut.
    Setelah AS dan Uni Soviet
    bersekutu dan berhasil
    menghancurkan Jerman Nazi,
    kedua belah pihak berbeda
    pendapat tentang bagaimana
    cara yang tepat untuk
    membangun Eropa pascaperang.
    Selama beberapa dekade
    selanjutnya, persaingan di
    antara keduanya menyebar ke
    luar Eropa dan merambah ke
    seluruh dunia ketika AS
    membangun "pertahanan"
    terhadap komunisme dengan
    membentuk sejumlah aliansi
    dengan berbagai negara,
    terutama dengan negara di
    Eropa Barat, Timur Tengah, dan
    Asia Tenggara.
    Meskipun kedua negara adikuasa
    itu tak pernah bertempur secara
    langsung, namun konflik di
    antara keduanya secara tak
    langsung telah menyebabkan
    berbagai perang lokal seperti
    Perang Korea, invasi Soviet
    terhadap Hungaria dan
    Cekoslovakia dan Perang
    Vietnam. Hasil dari Perang Dingin
    termasuk (dari beberapa sudut
    pandang) kediktatoran di Yunani
    dan Amerika Selatan. Krisis Rudal
    Kuba juga adalah akibat dari
    Perang Dingin dan Krisis Timur
    Tengah juga telah menjadi lebih
    kompleks akibat Perang Dingin.
    Dampak lainnya adalah
    terbaginya Jerman menjadi dua
    bagian yaitu Jerman Barat dan
    Jerman Timur yang dipisahkan
    oleh Tembok Berlin. Namun ada
    pula masa-masa di mana
    ketegangan dan persaingan di
    antara keduanya berkurang.
    Perang Dingin mulai berakhir di
    tahun 1980-an ketika Pemimpin
    Uni Soviet Mikhail Gorbachev
    meluncurkan program reformasi,
    perestroika dan glasnost. Secara
    konstan, Uni Soviet kehilangan
    kekuatan dan kekuasaannya
    terhadap Eropa Timur dan
    akhirnya dibubarkan pada tahun
    1991.
    Sejarah
    Latar belakang
    Setelah Perang Dunia II berakhir,
    muncul beberapa peristiwa
    penting yang mempengaruhi
    kehidupan bangsa-bangsa di
    dunia. Peristiwa-peristiwa itu
    antara lain yaitu: Pertama,
    Amerika Serikat muncul sebagai
    salah satu negara pemenang
    perang di pihak Sekutu. Peran
    Amerika Serikat sangat besar
    membantu negara-negara Eropa
    Barat untuk memperbaiki
    kehidupan perekonomiannya
    setelah Perang Dunia II. Kedua,
    Uni Soviet juga muncul sebagai
    negara besar pemenang perang
    dan berperan membangun
    perekonomian negara-negara
    Eropa Timur. Ketiga, munculnya
    negara-negara yang baru
    merdeka setelah Perang Dunia II
    di wilayah Eropa. Perang Dunia II
    yang berakhir dengan
    kemenangan di pihak Sekutu
    tidak terlepas dari peran Uni
    Soviet, Uni Soviet membebaska
    Eropa Timur dari tangan Jerman.
    Sambil membebaskan Eropa Timur
    dari tangan Jerman, Uni Soviet
    mempergunakan kesempatan itu
    untuk meluaskan pengaruhnya,
    dengan cara mensponsori
    terjadinya perebutan kekuasaan
    di berbagai negara Eropa Timur
    seperti di Bulgaria, Albania,
    Hongaria, Polandia, Rumania, dan
    Cekoslowakia, sehingga negara-
    negara tersebut masuk kedalam
    pengaruh pemerintahan komunis
    Uni Soviet. Uni Soviet mengalami
    penguatan otoritas yang cukup
    berarti setelah Perang Dunia II.
    Kerjasama diplomatik dengan 52
    negara terbentuk pada saat itu.
    Uni Soviet pun turut serta dalam
    Konferensi Paris tahun 1946,
    untuk membahas nasib negara-
    negara bekas sekutu Jerman
    seperti Italia, Bulgaria, Hungaria,
    Rumania, dan Finlandia. Amerika
    Serikat bersama Uni Soviet juga
    memprakarsai berdirinya PBB
    pada tahun 1945 bersama
    dengan kekuatan anti-Fasis
    lainnya. Namun kemesraan
    hubungan negara-negara yang
    tergabung dalam koalisi anti-
    Fasisme itu tidak bertahan lamam
    dan semulus yang diharapkan.
    Pada tahun 1946, Stalin yang
    mengusung ide “Komunisme
    Internasional” (Komintern)
    menuduh Inggris dan Amerika
    Serikat melancarkan kebijakan-
    kebijakan internasional yang
    agresif. Tuduhan ini dijawab oleh
    Perdana Menteri Inggris dengan
    menentang kekuatan yang
    disebutnya “Komunis Timur”,
    yang akhirnya membelah sistem
    perpolitikan internasional menjadi
    dua.
    II.1. Periode 1945-1969
    Berakhirnya Perang Dunia II telah
    mengubah perkembangan politik
    dunia. Amerika Serikat dan Uni
    Soviet sebagai negara pemenang
    perang muncul menjadi kekuatan
    raksasa. Dua negara tersebut
    memiliki perbedaan ideologi,
    Amerika Serikat memiliki ideologi
    liberal-kapitalis, sedangkan Uni
    Soviet berideologi sosialis-
    komunis. Dalam waktu singkat
    memang pernah terjadi
    persahabatan diantara
    keduanya, namun kemudian
    muncul antagonisme diantara
    mereka. Ada dua karakter pada
    periode ini, Pertama, adanya
    keprihatinan akan ambisi rivalnya
    yang menimbulkan pesimisme.
    Kedua, Amerika Serikat dan Uni
    Soviet merupakan kekuatan
    militer yang sangat kuat dan
    memiliki kemampuan untuk
    menghancurkan musuhnya
    dengan senjata atom. Sehingga
    dalam periode ini muncul hal-hal
    sebagai berikut: 1. Doktrin
    Pembendungan Bulan Februari
    1946, Stalin memberikan pidato
    yang berbicara tentang “tak
    terhindarnya konflik dengan
    kekuatan kapitalis. Ia mendesak
    rakyat Soviet untuk tidak
    terperdaya dengan berakhirnya
    perang yang berarti negara bisa
    santai. Sebaliknya perlu
    mengintensifkan usaha
    memperkuat dan
    mempertahankan tanah air.
    Tidak lama setelah munculnya
    tulisan George F Kennan,
    diplomat di Kedubes AS di Uni
    Soviet, yang memaparkan
    tentang kefanatikan Uni Soviet,
    Presiden Harry S Truman
    mendeklarasikan apa yang
    kemudian disebut Doktrin
    Truman. Doktrin ini
    menggarisbawahi strategi
    pembendungan politik luar negeri
    AS sebagai cara untuk
    menghambat ambisi ekspansionis
    Uni Soviet. AS juga merekrut
    sekutu-sekutunya untuk
    mewujudkan tujuan itu. Karena
    menurut teori domino, jika satu
    negara jatuh maka akan
    berjatuhanlah negara-negara
    tetangga lainnya. 2. Lingkungan
    Pengaruh dan Pembentukan Blok
    Ketidakmampuan sebuah negara
    adidaya memelihara ”lingkungan
    pengaruh” diinterpretasikan
    sebagai akibat dari program
    global negara adidaya yang lain.
    Misalnya ketika Uni Soviet
    memasuki Eropa Timur, para
    pemimpin AS menilainya sebagai
    bagian dari usaha Uni Soviet
    menaklukan dunia. Begitu pula
    ketika AS membentuk Pakta
    ANZUS pada tahun 1951, para
    pemimpin Uni Soviet menilainya
    sebagai bagian dari usaha AS
    untuk mendominasi dunia.
    Perebutan lingkungan pengaruh
    diantara dua negara adidaya ini
    melahirkan sebuah pola yang
    bipolar. AS dan sekutunya
    merupakan satu polar,
    sedangkan di polar (kutub) yang
    lain muncul Uni Soviet dengan
    sekutunya. Amerika Serikat dan
    sekutunya membentuk Organisasi
    Pertahanan Atlantik Utara
    (North Atlantic Treaty
    Organization/NATO) yang berdiri
    pada tanggal 4 April 1949 di
    Washington, AS. Apabila salah
    satu anggota NATO diserang,
    maka serangan itu dianggap
    sebagai serangan terhadap NATO.
    Di pihak lain, Uni Soviet dan
    sekutunya membentuk Pakta
    Warsawa (Warsawa Pact) pada
    tanggal 14 Mei 1955 di Praha-
    Cekoslowakia atas dasar ”Pact
    of Mutual Assistance and Unified
    Command ”. Di berbagai kawasan
    pun muncul blok-blok yang
    memihak salah satu negara
    adidaya, di Asia Tenggara
    dibentuk South East Asia Treaty
    Organization (SEATO) pada
    tanggal 8 September 1954 di
    Manila, Philipina . SEATO ditujukan
    untuk menahan pengaruh
    komunis di Asia Tenggara,
    khususnya di Vietnam. Sebagai
    salah satu organisasi yang
    berdiri di Asia Tenggara, negara-
    negara utama di Asia Tenggara
    malah tidak diikutsertakan di
    SEATO, anggota-anggotanya
    yang utama justru negara-
    negara Blok Barat yang dipimpin
    oleh AS. Di kawasan Timur
    Tengah juga dibentuk Organisasi
    Pertahanan Timur Tengah (Middle
    Eastern Treaty Organization/
    METO). Sedangkan Uni Soviet juga
    menjalin kerjasama dengan RRC
    pada tahun 1950 untuk
    menghadapi kemungkinan agresi
    Jepang sebagai negara di bawah
    kendali AS. Serta pembentukan
    Cominform (The Communist
    Information Bureau) di Beograd,
    Yugoslavia pada tahun 1947. Di
    sisi lain, kegiatan spionase juga
    turut mewarnai Perang Dingin.
    KGB (Komitet Gusudarstvennoy
    Bezopasnosti), dinas rahasia Uni
    Soviet, dan CIA (Central
    Intelligence Agency), dinas
    rahasia AS selalu berusaha untuk
    memperoleh informasi rahasia
    mengenai segala hal yang
    menyangkut negara-negara
    yang berada di bawah pengaruh
    kedua belah pihak serta
    informasi-informasi sensitif
    mengenai lawannya sendiri.
    II.2. Periode 1969-1979 Hubungan
    Amerika Serikat-Uni Soviet
    mengalami perubahan drastis
    dengan terpilihnya Richard Nixon
    sebagai Presiden AS. Didampingi
    penasehat keamanannya, Henry
    A. Kissinger, Richard Nixon
    menempuh pendekatan baru
    terhadap Uni Soviet pada tahun
    1969. Tidak disangka, ternyata
    Uni Soviet juga sedang mengambil
    pendekatan yang sama terhadap
    AS. Pendekatan ini lazim disebut
    détente (peredaan ketegangan).
    Sebagai sebuah strategi politik
    luar negeri, détente dijelaskan
    Kissinger sebagai upaya
    menciptakan ”kepentingan
    tertentu dalam kerjasama dan
    perbatasan, sebuah lingkungan
    dimana kompetitor dapat
    meregulasi dan menghambat
    perbedaan diantara mereka dan
    akhirnya melangkah dari
    kompetisi menuju kerjasama”.
    Sebagai langkah lebih lanjit, pada
    26 Mei 1972 Presiden Richard
    Nixon dan Leonid Brezhnev
    menandatangani Strategic Arms
    Limitation Treaty I (SALT I) di
    Moskow. SALT I berisi
    kesepakatan untuk membatasi
    persediaan senjata-senjata
    nuklir strategis/Defensive
    Antiballistic Missile System. SALT I
    juga berisi kesepakatan untuk
    membatasi jumlah misil nuklir
    yang dimiliki oleh kedua belah
    pihak, sehingga Uni Soviet hanya
    diijinkan untuk memiliki misil
    maksimal 1600 misil, dan AS
    hanya diijinkan memiliki 1054 misil.
    II.3. Periode 1979-1985 Setelah
    10 tahun dijalankan, tampaknya
    Uni Soviet tidak kuat lagi untuk
    menjalani détente. Akhirnya pada
    tahun 1979 Uni Soviet pun
    menduduki Afghanistan yang
    sebenarnya mengundang
    pasukan Uni Soviet masuk
    kesana untuk membantu mereka.
    Aksi semena-mena ini
    mengundang reaksi keras dari
    pihak AS, Presiden AS Jimmy
    Carter menyatakan, agresi Uni
    Soviet di Afghanistan
    mengkonfrontasi dunia dengan
    tantangan strategis paling serius
    sejak Perang Dingin dimulai. Lalu
    akhirnya muncullah Doktrin
    Carter yang menyatakan bahwa
    AS berkeinginan untuk
    menggunakan kekuatan
    militernya di Teluk Persia. Setelah
    Reagan mengambil alih jabatan
    presiden, ia juga melancarkan
    Doktrin Reagan yang mendukung
    pemberontakan anti-komunis di
    Afghanistan, Angola, dan
    Nikaragua. Para pemberontak ini
    bahkan diberi istilah halus
    ” pejuang
    kemerdekaan” (freedom
    fighters). Bahkan AS juga
    berbicara tentang kemampuan
    nuklirnya, termasuk ancaman
    serangan pertama. Tapi
    walaupun di periode ini terjadi
    ketegangan yang memuncak
    antara AS dan Uni Soviet,
    ternyata masih bisa terjadi
    perjanjian SALT II (Strategic Arms
    Limitation Treaty II) pada
    pertengahan 1979 di Vienna.
    Pada saat itu Carter dan
    Brezhnev setuju untuk
    membatasi kepemilikan peluncur
    senjata nuklir maksimal 2400
    unit, dan maksimal 1320 unit
    Multiple Independently Targeted
    Reentry Vehicle (MIRV) . Dan juga
    Perjanjian Pengurangan Senjata-
    senjata Strategis (Strategic
    Arms Reduction Treaty/START)
    pada tahun 1982 yang berisi
    kesepakatan untuk
    memusnahkan senjata nuklir
    yang berdaya jarak menengah.
    Walaupun sudah banyak
    dilakukan perjanjian-perjanjian
    pembatasan dan/atau
    pengurangan senjata nuklir,
    namun berdasarkan data pada
    tahun 1983 ternyata Uni Soviet
    memiliki keunggulan yang cukup
    besar dibandingkan dengan
    Amerika Serikat.
    Tabel II.1. Perbandingan
    Persenjataan Nuklir antara AS
    dan Uni Soviet pada tahun 1983
    Jenis Persenjataan Uni Soviet
    Amerika Serikat Rudal Balistik
    berpangkalan di darat 1398 1052
    Rudal yang dilontarkan dari kapal
    selam 989 584 Pesawat
    pengebom berawak dengan rudal
    150 376 Multiple Independently
    Targettable Reentry Vehicles/
    MIRVS 4872 6774 Kekuatan nuklir
    medan: Rudal 850 108 Kekuatan
    nuklir medan: Pesawat pengebom
    860 218
    Tabel II.2. Perbandingan Senjata
    Konvensional antara Pakta
    Warsawa dengan NATO pada
    tahun 1983 Jenis Persenjataan
    Pakta Warsawa NATO Tank
    45.000 17.000 Senjata Artileri
    19.400 9.500 Senjata Anti
    Pesawat Udara 6.500 6.300
    Pelontar Rudal Darat ke Udara
    6.300 1.800 Pelontar Rudal Darat
    ke Darat 1.200 350
    II.4. Periode 1985-1991 Pada
    Maret 1985, MG mulai memimpin
    Uni Soviet. Perubahan secara
    besar-besaran mulai tampak
    pada masa ini. Gorbachev
    berbeda dengan penguasa-
    penguasa Uni Soviet sebelumnya,
    pada tahun 1987 ia berkunjung
    ke AS untuk mendekatkan
    keduanya kedalam sebuah forum
    dialog. Bahkan pada tahun 1988,
    Persetujuan Genewa dicapai dan
    pada 15 Februari 1989 seluruh
    tentara Uni Soviet telah mundur
    dari Afghanistan. Komitmen
    Gorbachev semakin terlihat saat
    Uni Soviet tidak menghanyutkan
    diri dan mengambil sikap lebih
    netral dalam Perang Teluk tahun
    1990-1991. Bahkan bantuan
    untuk Kuba yang telah diberikan
    selama 30 tahun pun dihentikan
    pada tahun 1991 oleh Gorbachev.
    Namun kebebasan dan
    keterbukaan yang dicanangkan
    oleh Gorbachev menimbulkan
    reaksi keras dari tokoh-tokoh
    komunis dalam negeri. Puncaknya
    terjadi pada Kudeta 19 Agustus
    1991 yang didalangi oleh
    Marsekal Dimitri Yazow (Menteri
    Pertahanan), Jenderal Vladamir
    Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris
    Pugo (Menteri Dalam Negeri).
    Namun ternyata kudeta itu gagal
    karena mendapat perlawanan
    dan penolakan dari rakyat Uni
    Soviet dibawah pimpinan Boris
    Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet.
    Sebagai akibat dari kudeta itu;
    Latvia, Lithuania, Estonia,
    Georgia, Maldova memisahkan diri
    dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania
    dan Estonia sendiri berhasil
    memperoleh kemerdekaan dari
    Uni Soviet pada tanggal 6
    September 1991. Akhirnya,
    Gorbachev mengakui bahwa
    sistem komunis telah gagal di Uni
    Soviet. Pada akhir 1991, negara
    Uni Soviet yang telah berumur
    74 tahun itupun runtuh dan
    terpecah-pecah menjadi
    beberapa negara yang sekarang
    termasuk dalam persemakmuran
    Uni Soviet (Commonwealth of
    Independent State/CIS).
    Bubarnya Uni Soviet ini menandai
    berakhirnya Perang Dingin
    dengan kemenangan di pihak AS..
    Bubarnya Uni Soviet ini menandai
    berakhirnya Perang Dingin
    dengan kemenangan di pihak AS.