Reaksi antara halogenalkana primer atau sekunder dengan ion-ion hidroksida – mekanisme SN2
Ion hidroksida sebagai nukleofil
Nukleofil adalah sebuah spesies (ion atau molekul) yang tertarik kuat ke sebuah daerah yang bermuatan positif pada sesuatu yang lain.Nukleofil bisa berupa ion negatif penuh, atau lainnya yang memiliki muatan
Reaksi substitusi nukleofilik – reaksi SN2
Pada beberapa titik selama proses ini, gugus -OH dan bromin keduanya akan terikat setegah ke atom karbon. Ini disebut keadaan transisi untuk reaksi. Ini bukan intermediet dan kita tidak bisa mengamatinya secara terpisah serta tidak memiliki eksistensi yang independen. Ini hanya merupakan tahap setengah-jalan dari perpindahan atom dan elektron yang cukup samar.
Pergerakan pasangan elektron bebas ini terus berlanjut sampai gugus -OH terikat kuat ke atom karbon, dan bromin telah dilepaskan sebagai ion Br-.
Terkadang dalam soal ujian, mungkin anda diminta untuk menunjukkan terbentuknya intermediet dalam mekanisme reaksi. Anda cukup menggambarkan mekanisme yang menunjukkan secara lebih rinci tentang bagaimana berbagai gugus tertata dalam ruang.
Perhatikan bahwa molekul telah dibalik selama reaksi terjadi – agak mirip dengan payung yang terbuka ke atas.
Secara teknis, reaksi ini disebut sebagai reaksi SN2. S adalah singkatan dari substitusi, N singkatan untuk nukleofilik, dan dituliskan 2 karena tahap awal dari reaksi ini melibatkan dua spesies – yaitu bromoetana dan ion OH-. Dalam beberapa silabus, reaksi ini biasa hanya disebut substitusi nukleofilik.
Reaksi SN2 pada halogenalkana sekunder
Reaksi bisa terjadi dengan cara yang sama persis seperti yang terjadi halogenalkana primer, walaupun ada kemungkinan untuk berlangsungnya reaksi melalui sebuah mekanisme yang berbeda (seperti akan dibahas secara ringkas berikut ini).Reaksi antara halogenalkana sekunder atau tersier dengan ion hidroksida – mekanisme SN1
Mengapa halogenalkana tersier memerlukan mekanisme yang berbeda?
Ketika sebuah nukleofil menyerang sebuah halogenalkana primer, nukleofil ini mendekati atom karbonJika nukleofil menyerang sebuah halogen tersier, masuknya nukleofil lewat belakang molekul tidak akan mungkin karena belakang molekul telah terisi oleh gugus-gugus CH3 – itulah sebabnya halogenalkana tersier memerlukan mekanisme yang berbeda.
Mekanisme SN1
Reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada tahap pertama, beberapa halogenalkana terionisasi menghasilkan sebuah ion karbonium dan sebuah ion bromida.Akan tetapi, ketika ion karbonium terbentuk, dia akan bereaksi segera ketika bersentuhan dengan sebuah nukleofil seperti OH-. Pasangan elektron bebas pada nukleofil tertarik kuat ke arah karbon positif, dan bergerak kearahnya untuk membentuk sebuah ikatan baru.
Mekanisme SN1 pada halogenalkana sekunder
Halogenalkana sekunder (seperti 2-bromopropana) bisa menggunakan baik mekanisme SN1 maupun mekanisme SN2. Belakang molekul pada sebuah halogenalkana sekunder sedikit lebih padat dibanding pada halogenalkana primer, tetapi masih ada ruang untuk pasangan elektron bebas pada nukleofil yang mendekat dan membentuk sebuah ikatan. Sebelumnya kita telah membahas reaksi ini.Halogenalkana sekunder juga bisa mengalami sedikit ionisasi untuk bisa mengalami mekanisme SN1, tetapi reaksi ini jauh lebih sulit dibanding dengan halogenalkana tersier, karena ion karbonium sekunder yang terbentuk tidak sestabil ion karbonium tersier.