Untuk kesetimbangan disosiasi: HA+H2O = H3O+ + A-
Namun biasanya lebih mudah untuk menggunakan:
pKa = -log Ka, mirip dengan pH = -log [H3O+].
Asam dengan pKa <0 diklasifikasikan asam kuat, dan asam dengan pKa>0 diklasifikasikan asam lemah. Basa konjugasi dari asam kuat adalah basa lemah. Nilai pKa beberapa jenis asam diberikan di Tabel 3.2.
Tabel 3.2 pKa beberapa asam dalam larutan berpelarut air pada 25 °C.
Karena pelarut dapat juga menjadi asam atau basa, keasaman dan rentangnya bergantung pada pelarut yang melarutkan asamnya. Disosiasi sempurna asam yang lebih kuat dari H3O+ akan memberikan H ke air, membentuk H3O dalam larutan berpelarut air. Misalnya, baik HBr dan HI terdisosiasi sempurna menjadi H3O+, dan keasamannya mirip. Fenomena seperti ini disebut dengan efek penyamarataan, dan semua keasaman menjadi sama dengan H3O+. Dalam pengukuran keasaman relatif asam kuat, diperlukan pelarut yang keaktifan H+ lebih kecil dari keaktifan air, misalnya asam asetat dan etanol.Asam biner halo HX, kecuali HF, adalah asam kuat. Walaupun konsentrasi H3O+ juga tinggi di larutan HF, ikatan hidrogen yang kuat antara F- dibandingkan ikatan hidrogen yang sama di anion halida lain menurunkan keaktifan termodinamika H3O+.
Keasaman asam okso, seperti asam fosfat, asam sulfat, asam nitrat, dan asam perkhlorat berkaitan dengan bilangan oksidasi P, S, N, dan Cl. Bila, asam okso HnXOm dinyatakan sebagai (HO)XOm-n, muatan positif di X menjadi (2m-n), dan keasaman akan menjadi lebih besar dengan meningkatnya bilangan ini. Besarnya bilangan ini sebanding dengan kemudahan disosiasi OH untuk menghasilkan proton. Keasaman asam okso tersebut adalah asam perkhlorat (HO)ClO3 > asam sulfat (HO)2SO2 > asam nitrat (HO)NO2 > asam fosfat (HO)3PO. Walaupun asam fosfat dapat ditulis (HO)3PO, tapi asam fosfit bukan (HO)3P tetapi (HO)2HPO, dan kekuatan asamnya mirip dengan asam sulfat.