Bogor – Pembentukan karakter anak didik sangat dipengaruhi kondisi infrastruktur, fasilitas, dan proses belajar-mengajar di sekolah.
Demikian dikatakan Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh, saat memberikan sambutan dalam acara Peletakan Batu Pertama Gerakan Nasional Penuntasan Rehabilitasi Gedung SD dan SMP 2011, di SDN Babakan Madang 01, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, (3/10).
Menteri Nuh menuturkan, pembentukan kultur sekolah harus dibangun seiring dibangunnya infrastruktur sekolah. “Ada tiga budaya sekolah yang harus dibangun. Pertama, budaya bersih,” ujarnya. Menurutnya, kebersihan harus berupa perilaku bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, dan diterapkan di semua tempat. “Kebersihan kalau sudah melekat di diri seseorang, tidak hanya bersih secara fisik, tetapi juga hati dan pikiran”.
Budaya sekolah kedua yang harus dibangun adalah budaya saling menghargai dan menghormati, serta hidup harmonis. “Stop! Tidak ada lagi budaya kekerasan di lingkungan sekolah,” tegasnya.
Sedangkan budaya ketiga adalah budaya keilmuan. “Kita tanamkan sebuah intellectual curiousity, atau kepenasaranan intelektual”. Dari sikap kepenasaranan intelektual tersebut kemudian akan tumbuh sikap kognitif, inovatif dan produktif.
Menteri Nuh mengatakan, tiga budaya di atas merupakan budaya dasar yang harus dikembangkan lagi sebagai bagian dari budaya cinta dan bangga terhadap tanah air. Setiap anak didik harus bisa memahami esensi Pancasila, UUD 1945, hingga hakikat NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, sehingga empat pilar tersebut harus terus dikenalkan kepada mereka.
“Kalau infrastruktur sudah selesai, ditambah budaya sekolah, ditambah kekuatan dan ketangguhan serta kecerdasan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, maka sekolah akan bisa menjadi tempat penyemaian pembentukan generasi 2045, saat Indonesia mencapai 100 tahun masa kemerdekaan. Dan itu harus dimulai dari pendidikan anak usia dini”. (Lian)