• Breaking News

    Panduan dan Tutorial Lengkap serta Materi Pelajaran di Mulyono Blog. Konten Terlengkap dan Terpercaya

    Rabu, 12 Oktober 2011

    Interaksi Solven-Solut Dalam Kromatografi

    Terdapat empat interaksi utama yang terjadi antar solven/pelarut (fase cair) dan solut (analit).
    1. Interaksi Dispersi
    2. Interaksi Dipol
    3. Interaksi ikatan hidrogen
    4. Interaksi dielektrik

    Interaksi Dispersi
    Distribusi elektron dalam solut (analit) pada saat tertentu adalah asimetris mengarah pada momen dipol temporari dalam solut. Temporari dipol dalam solut mempolarisasi elektron dalam molekul solven bersebelahan. Hasil distribusi elektron menyebabkan daya tarik elektrostatik anatar solven dan solut (analit)
    Kekuatan dispersi semakin kuat, untuk memudahkan polarisasi elektron dalam molekul analit dan solven. Kemampuan polarisasi elektron meningkat dengan refractive index senyawa. Oleh karena itu solven dengan refractive index tinggi akan lebih suka melarutkan analit dengan refractive index tinggi. Sampel dengan refractive index tinggi termasuk aromatik dan senyawa dengan multiple substituen atau atom dari pojok kiri atas dari tabel periodik seperti–Cl,-Br,-I,-S dan lainnya. Semakin besar jumlah elektron dalam atom atau molekul maka semakin kuat interaksinya. Kekuatan dispersi terjadi antar semua atom dan molekul.
    Interaksi Dipol
    Baik solven (fase cair) maupun analit mungkin momen dipol permanen, menghasilkan kelurusan solven dan analit dalam konfigurasi linier.

    Interaksi dipol ini biasanya terjadi antara gugus fungsional individual dari dua molekul yang menyebabkan interaksi selektif antara solven dan solut (analit). Semakin besar momen dipol semakin besar pula interaksi yang terjadi.
    Tabel 18.5. Harga momen dipol dari sejumlah gugus fungsional

    Interaksi Ikatan Hidrogen
    Interaksi ikatan hidrogen terjadi antara molekul donor proton dan akseptor proton seperti yang digambarkan oleh interaksi antara kloroform (molekul donor) dan trimetilamina (molekul akseptor)
    Cl3C-H?: N-(CH3)3
    (donor proton)(akseptor proton)
    Ikatan hidrogen menjadi lebih kuat selama donor semakin mampu memrikan proton dan akseptor semakin mampu untuk menrima proton. Akseptor proton dapat diklasifikasikan menurut kekuatan basa atau kekuatan memerima, yang dapat ditentukan secara eksperimen. Solven donor yang kuat lebih suka berinteraksi dan melarutkan senyawa analit akseptor kuat.
    Interaksi Dielektrik
    Dielectric interactions mengarah pada interaksi dari ion-ion analit dengan cairan dengan konstanta dielektrik E tinggi ( misal air atau metanol). Ion analit yang terionisasi mempolarisasi molekul solven yang bersebelahan. Interaksi jenis ini cukup kuat dan menyokong pemutusan istimewa dari sampel ionik atau yang ionisable.

    Interaksi Keseluruhan “Polaritas”
    Semakin besar dispersi, dipol, ikatanhidrogen, interaksi dielektrik dalam kombinasi, maka semakin besar pula atraksi molekul–molekul solven (fase cair) dan solut (analit). Kemampuan sampel (analit) atau solven (pelarut) untuk berinteraksi dalam keempat cara tersebut diatas disebut sebagi polaritas. Semakin besar interaksi mak semakin polaritas dari suatu senyawa atau sampel.