• Breaking News

    Panduan dan Tutorial Lengkap serta Materi Pelajaran di Mulyono Blog. Konten Terlengkap dan Terpercaya

    Minggu, 03 April 2011

    PENAMAAN SENYAWA BINER

    PENAMAAN SENYAWA BINER

    Senyawa biner adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur. Senyawa biner dapat terbentuk dari satu unsur logam dan satu unsur non logam, atau dapat terbentuk dari dua unsur non logam. Jika unsur pertama adalah logam dan unsur lainnya non logam, maka senyawa biner tersebut umumnya berbentuk ionik atau senyawa ionik biner.

    Penamaan senyawa biner logam dan non logam
    Penamaan senyawa biner antara logam dan non logam dapat dilakukan dengan cara berikut:
    1. tuliskan nama unsur logam tanpa modifikasi apapun, kemudian diikuti nama unsur non logam dengan tambahan akhiran ”ida”.
    2. unsur-unsur non logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan oksidasinya ditulis dengan angka romawi. Contoh: CrCl3 : Kromium(III)Clorida, FeS : Besi(II)Sulfida dan FeF3 : Besi(III)Florida
    Di samping itu, penamaan unsur-unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu jenis dapat juga dituliskan sebagai berikut:
    1. jika unsur logam memiliki bilangan oksidasi kecil, diberi akhiran ”o”
    2. jika unsur logam memiliki bilangan oksidasi besar, diberi akhiran ”i”.
    Contoh : CrS = Kromosulfida, CrI = Kromiodida.

    Penamaan senyawa biner non logam dan non logam
    Jika dua unsur non logam membentuk senyawa biner, penulisan rumus senyawa dan penamaan senyawanya secara umum mirip dengan senyawa biner dari logam dan non logam. Cara penulisan rumus senyawanya yaitu dengan menuliskan terlebih dahulu unsur dengan bilangan oksidasi positif baru kemudian diikuti dengan unsur bilangan oksidasi negatif. Misalnya HCl adalah hidrogen klorida tidak dituliskan sebagai ClH. Beberapa unsur-unsur non logam dana membentuk lebih dari satu senyawa biner. Oleh karena itu, kita memerlukan beberapa awalan sebagai berikut:
    1 = mono
    2 = di
    3 = tri
    4 = tetra
    5 = penta
    6 = heksa
    7 = hepta
    8 = okta
    9 = nona
    10 = deka

    Catatan : jika awalan memiliki huruf terakhir “a” atau ”o” dan unsur memiliki huruf awal ”a” atau ”o” maka kita menghilangkan huruf terakhir awalan yang digunakan. Misalnya karbon monoksida bukan karbon monooksida. Contoh : NO = Nitrogen Monoksida, N2O = Dinitrogen Monoksida